KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Seni Budaya ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya dan siap untuk didiskusikan.
Makalah ini berisikan materi tentang Seni Teater. Diharapakan makalah ini dapat membantu kita semua dalam memahami tentang seni teater di nusantara.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, baik dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usuha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Sukoharjo, 15 Agustus 2014
Penyusun
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Seni Budaya ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya dan siap untuk didiskusikan.
Makalah ini berisikan materi tentang Seni Teater. Diharapakan makalah ini dapat membantu kita semua dalam memahami tentang seni teater di nusantara.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, baik dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usuha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Sukoharjo, 15 Agustus 2014
Penyusun
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya.
Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan ritual atau upacara upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000 SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.
Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra. Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan.
Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama. Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). Kelompok ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihan latihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton.
Bagi penyelenggara, hasil dari proses tersebut merupakan suatu kepuasan tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai media pembelajaran. Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks, maka penulis mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater dari berbagai unsur.
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya.
Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan ritual atau upacara upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000 SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.
Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra. Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan.
Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama. Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). Kelompok ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihan latihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton.
Bagi penyelenggara, hasil dari proses tersebut merupakan suatu kepuasan tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai media pembelajaran. Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks, maka penulis mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater dari berbagai unsur.
II
PEMBAHASAN
A. Jenis Karya Teater
1. Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
1. Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka diikatkan.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Gambar Pementasan teater boneka di
Jepang
Boneka Bunraku dari Jepang mampu melakukan banyak sekali gerakan sehingga diperlukan tiga dalang untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian hitam dan duduk persis di depan penonton. Dalang utama mengendalikan kepala dan lengan kanan. Para pencerita bernyanyi dan melantunkan kisahnya.
2. Drama
Musikal
Merupakan
pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama
musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para
pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa
disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada
penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui
lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya
adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber
yang fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan
gerak tari, alunan lagu, dan tata pentas.
Gambar Pementasan drama musikal
Selain kabaret,
opera dapat digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para tokoh
dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut
seriosa. Di sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama
musikal kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam opera
biasanya adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa. Tokoh-tokoh utama opera
menyanyi untuk menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada penonton. Biasanya
juga berupa paduan suara. Opera bermula di Italia pada awal tahun 1600-an.
Opera dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi duduk di area
yang disebut orchestra pit di bawah dan di depan panggung.
3. Teater
Gerak
Teater gerak
merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi
wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan
dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak
dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater
terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte
di Italia. Dalam masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk
karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing
perhatian penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan
pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.
Gambar Pertunjukan teater gerak
Teater gerak yang
paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai
pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba
mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya.
Makna pesan sebuah lakon yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk
gerak. Tokoh pantomim yang terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau,
keduanya dari Perancis.
4. Teater
Dramatik
Istilah dramatik
digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon
yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis
sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat
sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot
dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita
yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi
sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain
hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas
adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses
perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade:
1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba
menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.
Gambar Gaya pementasan teater
dramatik
5. Teatrikalisasi
Puisi
Pertunjukan
teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya
hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya
adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di
atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan blocking
dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang dimaksud.
Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi sang seniman karena
mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata artistik
di atas pentas.
B. Konsep dan Unsur Berkarya Teater
A. Pelaku
Para aktor dalam sebuah pertunjukkan drama,
mempunyai persoalan sendiri dengan penontonnya. Apa ?
Oscar G. Brockett berpendapat, “Masalah yang
dihadapi aktor sepenuhnya unik. Ia adalah salah seorang diantara para seniman
yang secara asasi tak dapat bekerja terpisah dengan dirinya sendiri, karena
karya seninya diciptakan melalui tubuh dan suara jiwa dan hal-hal yang
menyangkut soal rohaniahnya.”
Fungsi pelaku
Fungsi pelaku dalam permainan drama sebagai
penemu dan penafsiran utama peran dan pewujud tafsir peran
B.Naskah / Lakon Drama
Lakon drama disusun menurut teknik yang
berbeda dengan novel atau roman, karena lakon drama harus disusun di bawah
syarat-syarat pertunjukkan panggung.
Beda novel dengan lakon drama (naskah drama) adalah sebagai berikut :
Beda novel dengan lakon drama (naskah drama) adalah sebagai berikut :
- Perbedaan teknik, yang disebabkan oleh
perbedaan keperluan.
- Novel terutama untuk dibaca, drama untuk
dipertunjukkan, dengan para pemain yang
memerankan para pelaku
- Novel menerangkan dan menguraikan, sedangkan
drama berdasarkan pada tiruan gerak dan bicara.
- Bentuk sastra drama dan asalnya didasarkan
syarat gerak di atas panggung.
Beda penulis drama dengan penyair adalah sebagai berikut :
Beda penulis drama dengan penyair adalah sebagai berikut :
- Pada penyair seluruhnya hanya tergantung pada ekspresi jiwanya sendiri.
- Penulis drama, bahasanya harus berupa campuran antara sifat subyektif dan sifat obyektif.
- Kata yang dipakai oleh penulis drama harus bersegi dua, harus memberi kebebasan pada
para pelakunya berbicara, tetapi di dalamnya
juga tergambar pribadi pengarangnya.
Naskah drama isinya percakapan (dialog). Percakapan ini disebut ‘wawancang’. Dan keterangan yang biasanya tertulis di dalam tanda kurung ini disebut ‘kramagung’.
Naskah drama isinya percakapan (dialog). Percakapan ini disebut ‘wawancang’. Dan keterangan yang biasanya tertulis di dalam tanda kurung ini disebut ‘kramagung’.
· Wawancang atau dialog biasanya tercetak
loas, artinya bukan yang ada dalam kurung. Harus dihafal oleh aktor. Sekaligus
menciptakan intonasi yang tepat. Dalam wawancang terkandung semua perasaan :
marah, jengkel, bimbang, ringang, sedih, dan seterusnya.
· Kramagung, ibarat perintah yang menyuruh aktor berbuat hal-hal yang lahir. Biasanya dicetak dalam tanda kurung.
· Kramagung, ibarat perintah yang menyuruh aktor berbuat hal-hal yang lahir. Biasanya dicetak dalam tanda kurung.
Naskah yang baik dapat dikatakan, bila naskah
itu karya dengan ide baru,
Fungsi Naskah
Oleh Henning Nelms, fungsi naskah adalah :
a. Mengilhami para interpretative artista
b. Mensuplay kata-kata pada pemeran
Unsur Naskah
Unsur-unsur pokok naskah :
1. Tema
Ide filsafat yang ada dalam suatu drama
disebut tema. Tema ini suatu dasar dimana kesatuan (unity) drama itu
tiletakkan.
2. Plot
Lakon drama yang baik selalu mengandung
konflik. Tentunya pertikaian antara pribadi-pribadi berlawanan, pertentangan
antara manusia dengan keadaan yang mengelilinya, antara kemauan yang
berlawanan, pertentangan antara perasaan-perasaan dan minat-minat, antara
manusia melawan kekuatan di luar manusia, melawan nasib atau takdir.
Menurut Hudson, garis lakon (dramatic line)
yaitu :
Pertama : Suatu insiden-insiden permulaan.
Kedua : Terjadi penanjakan laku (Rising
Action), sebagai tindak lanjut dari insiden permulaan.
Ketiga : Klimaks/kritis, yaitu tangga yang menunjukkan laku yang menanjak ke titik baik.
Keempat : Penurunan laku, penyelesaian atau denoument.
Ketiga : Klimaks/kritis, yaitu tangga yang menunjukkan laku yang menanjak ke titik baik.
Keempat : Penurunan laku, penyelesaian atau denoument.
Kelima : Keputusan / katastrope, seluruh
konflik-konflik itu diakhiri.
3. Setting
Penempatan ruang dan waktu yang kita sebut
setting, ini sudah termasuk di dalamnya latar belakang pentas.
Dialog adalah merupakan tuntunan dalam seni
teater. Dialog-dialog yang dilakukan pemain haruslah mendukung karakter dan
melaksanakan plot dari lakon/cerita.
5. Tokoh Cerita
Penggambaran ceritanya direalitaskan oleh
pelaku (tokoh cerita). Oleh pengarangnya selalu diberi watak. Sebab perwatakan
itu merupakan penampilan keseluruhan.
Tokoh cerita yang terdapat dalam naskah dapat dibagi sebagai berikut :
a. Protagonis : peran utama, yang merupakan pusat/sentral dari cerita
b. Antagonis : peran melawan, dimana dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik terjadi.
Tokoh cerita yang terdapat dalam naskah dapat dibagi sebagai berikut :
a. Protagonis : peran utama, yang merupakan pusat/sentral dari cerita
b. Antagonis : peran melawan, dimana dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik terjadi.
c. Tritagonis : peran penengah, bertugas menjadi
pendamai atau pengantara protagonis dengan antagonis
d. Peran Pembantu : peran yang tidak secara
langsung terlibat dalam konflik yang terjadi, tetapi ia diperlukan dalam
menyelesaikan cerita.
C. Watak Tokoh dan
Penokohan
merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut. Suatu misal kita mengidentifisasi satu peran, berbarti kita telah mengadopsi pikiran-pikiran dan perasaan peran tersebut menjadi perasaan dan pikiran kita.
merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut. Suatu misal kita mengidentifisasi satu peran, berbarti kita telah mengadopsi pikiran-pikiran dan perasaan peran tersebut menjadi perasaan dan pikiran kita.
Penokohan atau perwatakan dalam sebuah lakon memegang peranan yang sangat
penting. Bahkan Lajos Egri berpendapat bahwa berperwatakanlah yang paling utama
dalam lakon. Tanpa perwatakan tidak akan ada cerita,
tanpa perwatakan tidak bakal ada plot. Padahal ketidaksamaan watak akan
melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan, konflik yang akhirnya melahirkan
cerita (A. Adjib Hamzah, 1985).
1. Peran
Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik. Konflik dapat dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah laku peran. Dalam teater, peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran inilah yang dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
• Protagonis
Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya cerita.
• Antagonis
Antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis.
• Deutragonis
Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.
• Tritagonis
Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis.
• Foil
Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis.
• Utility
Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis.
2. Jenis Karakter
Karakter adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran tersebut sehingga bisa dimainkan. Menurut Rikrik El Saptaria (2006), jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu flat character, round charakter, teatrikal, dan karikatural.
• Flat Character (Perwatakan Dasar)
Flat character atau karakter datar adalah karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi dengan dirinya sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika sudah dewasa maka pribadinya berkembang melalui hubungan dengan lingkungan sosial. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang.
Penulis lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan karakter. Flat character ini ditulis dengan tidak mengalami perkembangan emosi maupun derajat status sosial dalam sebuah lakon. Flat character biasanya ada pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau karakter tokoh pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon.
• Round Character (Perwatakan Bulat)
Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya dengan pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya. |goestiqball.com| Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada perkembangan pribadi orang dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan inilah yang menjadikan karakter ini menarik dan mampu untuk mengerakkan jalan cerita. Karakter ini biasanya terdapat karakter tokoh utama baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
• Teatrikal
Teatrikal adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis. Karakter-karakter teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada lakon-lakon klasik dan non realis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi masyarakat, suasana, keadaan jaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi tetapi dilakukan oleh manusia.
• Karikatural
Karikatural adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung menyindir. Karakter ini segaja diciptakan oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara kesedihan dan kelucuan, antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini bisa berupa dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan tingkah laku.
D. KONSEP PERTUNJUKAN TEATER
Seringkali kita bicara tentang kebutuhan seniman atau penonton, bahkan kita acap pula berbicara dari pandangan manajer yang “menjual” produk seni. “menjual” benda atau kegiatan untuk publik. Namun, teater bagaimanakah yang dibutuhkan?
Bagi seniman, awalnya, kesenian yg dibutuhkan adalah yg memberi peluang baginya untuk kebebasan berekspresi. Seniman tersebut yg menentukan bentuk dan gayanya. Seniman tersebut juga yang menentukan apakah karyanya itu dikemas secara glamour atau tidak. Tetapi setelah seniman memerlukan publik, disukai dan disanjung oleh publik, maka seniman itu akan melakukan kompromi (tawar-menawar) dengan keinginan dan selera publik. Malahan bisa saja seniman itu lebih mengutamakan publik dibanding kebebasan berekspresi, kebebasannya menyatakan sikap dan pandangan hidupnya.
Seniman yang tunduk pada selera dan kemauan publik, pada awalnya mungkin hanya memburu popularitas, tapi kemudian memburu materi. Prinsip dan konsep kesenian mereka jadi longgar. Aliran atau gaya realisme dan naturalisme biasanya lebih cocok guna memenuhi selera publik. Hal ini kentara pda perkembangan seni rupa. Lukisan-lukisan mereka yang popular bisa terjual jutaan rupiah untuk satu lukisan.
Seni pertunjukan yang cakupannya meliputi teater, tari dan musik dan sebagainya begitu kompleks hadir begitu dinamis. Pagelaran tari dan musik dilakukan dalam berbagai acara dan upacara resmi, bahkan dalam peristiwa-peristiwa bersifat massal. Ragam busananya yang glamour dan penari yang cantik diciptakan sering berdasarkan “pesanan”. Lantas, apakah juga teater demikian? Ijinkan penulis untuk mengulasnya dari aspek keilmuan.
Teater, sebagaimana telah sering dibicarakan merupakan suatu genre seni yang merupakan hasil kerja bersama banyak orang dari berbagai disiplin ilmu (kolektif). Seni rupa, Seni tari, seni acting, seni musik adalah beberapa disiplin ilmu yang dilibatkan dalam proses penciptaan peristiwa teater. Masing-masingnya dilibatkan dalam proses penciptaan dengan takaran dan peranan yang saling mendukung. Pembagian peran dan posisi serta takaran bagi masing-masing disiplin ilmu tersebut dalam sebuah proses membutuhkan keterampilan khusus seorang pimpinan yang dalam pembicaraan teater lazim disebut sutradara.
Sutradara merupakan koordinator yang memimpin keseluruhan suatu proses teater. Dari tahapan awal, yang meliputi pemilihan naskah atau tema hingga proses latihan dan akhirnya proses pemanggungan. Namun, ia juga bertindak sebagai konduktor yang menggabungkan berbagai elemen-elemen pertunjukan sehingga menjadi suatu keutuhan yang mengusung satu tujuan bersama yang telah dipilih tadi. Karena kompleksnya tugas dan fungsinya, peranan sutradara dalam suatu proses teater adalah sangat penting.
Arti penting seorang sutradara dalam proses teater,Sutradara teater modern adalah seorang seniman yang menghadirkan suatu pertunjukan pentas yang menampilkan cerita, suasana, pikiran-pikiran dan opini dalam cara yang sangat efektif. Dalam fungsinya sebagai penemu dan penafsir utama naskah secara kreatif, ia menciptakan kondisi kerja ensambel, membantu para pemeran mewujudkan bentuk peran, membantu para pekerja teater lainnya dalam kerja kreatif mereka.
Masalah penyutradaraan teater di satu sisi adalah masalah kreatifitas dan kesenimanan. Tapi disisi lain, sebagai koordinator dari suatu pagelaran yang terbentuk dan diusung sejumlah pemain beserta perangkat teknik artistic lainnya, ia adalah seorang ahli (crafman) yang harus terampil dalam membentuk dan menata setiap unsur pengusung tersebut.
Penyutradaraan, karena alasan diatas, merupakan keahlian khusus yang membutuhkan pengasahan dan pendidikan tersendiri dalam teater. Melalui latihan terus menerus dan berbagai eksperimentasi, seorang sutradara akan menemukan suatu metode, cara kerja, yang paling sesuai dengan keadaan yang melingkupi dan sumber daya manusia yang ia miliki untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran yang ingin ia sampaikan. Bukannya lantas “pesan” an teater langsung jadi dalam waktu singkat. Jika tak mau disebut “Abal-abal”(Tidak Bermutu).
Mengamati proses penyutradaran terdahulu, merupakan salah satu cara yang dapat dipakai dalam mengolah kemampuan menyutradarai. Proses pengamatan tersebut bisa dilakukan melalui observasi langsung terhadap satu proses penyutradaraan, namun bisa juga melalui suatu catatan dan kertas kerja penyutradaraan seseorang. Namun, bila dilihat dari efektifitas dan efisien waktu, agaknya cara yang disebut kedua lebih mudah dilakukan.
Oleh sebab itulah tulisan ini dibuat, untuk mengetengahkan salah satu contoh metode atau cara kerja penyutradaraan, agar dapat menjadi tambahan bahan masukan dan perbandingan bagi proses penyutradaraan teater dimasa yang akan datang. Penyutradaraan dalam pengertian mendasar adalah proses mengolah teks lama (naskah) menjadi teks baru (pertunjukan) melalui penafsiran dilanjutkan dengan eksperimentasi kemungkinan-kemungkinan bentuk komunikasi, sehingga melahirkan suatu “konsep pemanggungan “. "Sutradara dalam melakukan proses kreatifnya memiliki langkah-langkah kerja dimulai dari ; memilih teks apakah itu berupa naskah lakon atau tema saja ,melakukan analisa dan interpretasi terhadap teks , merancang kemungkinan tekstur pemanggungan, memilih pemain pendukung dan penata dan melakukan proses elaborasi dan transformasi terhadap teks.
Beberapa pikiran yang barangkali menjadi dasar dari tulisan ini adalah apa tugas tugas utama sutradara. Dalam hal ini salah satu pendapat dari Louis Jouvet yang dirangkum dalam buku Peretemuan teater 80 adalah seorang sutradara, bila ia juga merangkap produser, maka tugasnya adalah memilih lakon, membagikan peran-peran kepada pemain yang telah dipilihnya, membuat disain set dan kostum secara garis besar, mengawasi pembuatannya, sekaligus mengorganisir dan mengelola latihan-latihan. Dialah pula yang menangani masuk keluarnya pemain-pemain, menata bloking, dan laksana penata tari, ia merancang gerakan-gerakan, mengatur suara-suara di belakang panggung, musik, tata cahaya. Dhika-Share | Pendeknya mengatur kesatuan dan detil-detil dari bagian yang besar dan semua bagian khusus dari sebuah jalinan kompleksnya pementasan itu.
Yudiaryani dalam bukunya Panggung Teater Dunia mengemukakan beberapa aspek yang bisa diamati dalam melihat proses kerja penyutradaraan. Pertama, apakah konsep produksi dapat diidentifikasi, dan adakah metafora yang utuh serta pendekatan interpretasi sutradara? Apabila ada, bagaimana konsep itu hadir dalam produksi, dan bagaiama sutradara memilih unsur-unsur panggung? Kedua, seberapa jauh produksi melakukan transformasi dari naskah yang ditulis penulis? Apakah terjadi perbedaan waktu dan tempat? Apabila terjadi perubahan bagaimana panggung dapat dipahami dan didekati oleh penonton? Ketiga, apakah produksi menghadirkan kebaruan konvensi ? bagaimana bentuk kebaruan yang dihasilkannya? Lalu efek apa yang muncul melalui kebaruan tersebut? Keempat, bagaimana unsur visual (skeneri,kostum,lampu) mendukung atau mungkin menggagalkan konsep produksi ? Apakah semua terkoordinasikan ? Apakah sutradara memberi penekanan khusus pada salah satu unsur tersebut ? Efek apa yang yang ingin ditampilkannya? Kelima, bagaimana unsur suara (suara aktor, effek spesial dan musik) mendukung atau bahkan menggagalkan konsep produksi? Apakah unsur-unsur itu terdengar ataukah memiliki kualitas seimbang? Keenam, bagaimana casting mempengaruhi produksi? Ketujuh, apakah akting nampak jelas? Apakah terbangun dengan variasi suasana dan tempo yang selaras? Kedelapan, .apakah seluruh unsur produksi terkoordinasikan? Jika tidak bagian mana yang nampak tertinggal? Bagaimana hasil yang diperoleh berkat koordinasi tersebut?
Secara menyeluruh apakah produksi mencapai hasil yang diharapkan? Jika tidak dimana letak kegagalannya? Bagaimana hasil keseluruhannya? Apakah yang indah itu universal dan dapat menggunakan kriteria yang objektif? Apakah kita akan memasuki perdebatan estetika atau etika yang bersifat local dan temporer? Kalau “kesenian” resmi dan dapat diterima dan dibutuhkan” ditentukan oleh persekutuan birokrat atau kalangan pebisnis, apakah itu masih dapat disebut “kesenian?” Paling tidak, kita kembalikan saja fungsi teater ke asalnya. Sepenuhnya, penulis serahkan kepada kawan-kawan yang bergelut dengan dunia peran.
1. Peran
Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik. Konflik dapat dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah laku peran. Dalam teater, peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran inilah yang dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
• Protagonis
Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya cerita.
• Antagonis
Antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis.
• Deutragonis
Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.
• Tritagonis
Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis.
• Foil
Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis.
• Utility
Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis.
2. Jenis Karakter
Karakter adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran tersebut sehingga bisa dimainkan. Menurut Rikrik El Saptaria (2006), jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu flat character, round charakter, teatrikal, dan karikatural.
• Flat Character (Perwatakan Dasar)
Flat character atau karakter datar adalah karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi dengan dirinya sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika sudah dewasa maka pribadinya berkembang melalui hubungan dengan lingkungan sosial. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang.
Penulis lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan karakter. Flat character ini ditulis dengan tidak mengalami perkembangan emosi maupun derajat status sosial dalam sebuah lakon. Flat character biasanya ada pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau karakter tokoh pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon.
• Round Character (Perwatakan Bulat)
Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya dengan pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya. |goestiqball.com| Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada perkembangan pribadi orang dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan inilah yang menjadikan karakter ini menarik dan mampu untuk mengerakkan jalan cerita. Karakter ini biasanya terdapat karakter tokoh utama baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
• Teatrikal
Teatrikal adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis. Karakter-karakter teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada lakon-lakon klasik dan non realis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi masyarakat, suasana, keadaan jaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi tetapi dilakukan oleh manusia.
• Karikatural
Karikatural adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung menyindir. Karakter ini segaja diciptakan oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara kesedihan dan kelucuan, antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini bisa berupa dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan tingkah laku.
D. KONSEP PERTUNJUKAN TEATER
Seringkali kita bicara tentang kebutuhan seniman atau penonton, bahkan kita acap pula berbicara dari pandangan manajer yang “menjual” produk seni. “menjual” benda atau kegiatan untuk publik. Namun, teater bagaimanakah yang dibutuhkan?
Bagi seniman, awalnya, kesenian yg dibutuhkan adalah yg memberi peluang baginya untuk kebebasan berekspresi. Seniman tersebut yg menentukan bentuk dan gayanya. Seniman tersebut juga yang menentukan apakah karyanya itu dikemas secara glamour atau tidak. Tetapi setelah seniman memerlukan publik, disukai dan disanjung oleh publik, maka seniman itu akan melakukan kompromi (tawar-menawar) dengan keinginan dan selera publik. Malahan bisa saja seniman itu lebih mengutamakan publik dibanding kebebasan berekspresi, kebebasannya menyatakan sikap dan pandangan hidupnya.
Seniman yang tunduk pada selera dan kemauan publik, pada awalnya mungkin hanya memburu popularitas, tapi kemudian memburu materi. Prinsip dan konsep kesenian mereka jadi longgar. Aliran atau gaya realisme dan naturalisme biasanya lebih cocok guna memenuhi selera publik. Hal ini kentara pda perkembangan seni rupa. Lukisan-lukisan mereka yang popular bisa terjual jutaan rupiah untuk satu lukisan.
Seni pertunjukan yang cakupannya meliputi teater, tari dan musik dan sebagainya begitu kompleks hadir begitu dinamis. Pagelaran tari dan musik dilakukan dalam berbagai acara dan upacara resmi, bahkan dalam peristiwa-peristiwa bersifat massal. Ragam busananya yang glamour dan penari yang cantik diciptakan sering berdasarkan “pesanan”. Lantas, apakah juga teater demikian? Ijinkan penulis untuk mengulasnya dari aspek keilmuan.
Teater, sebagaimana telah sering dibicarakan merupakan suatu genre seni yang merupakan hasil kerja bersama banyak orang dari berbagai disiplin ilmu (kolektif). Seni rupa, Seni tari, seni acting, seni musik adalah beberapa disiplin ilmu yang dilibatkan dalam proses penciptaan peristiwa teater. Masing-masingnya dilibatkan dalam proses penciptaan dengan takaran dan peranan yang saling mendukung. Pembagian peran dan posisi serta takaran bagi masing-masing disiplin ilmu tersebut dalam sebuah proses membutuhkan keterampilan khusus seorang pimpinan yang dalam pembicaraan teater lazim disebut sutradara.
Sutradara merupakan koordinator yang memimpin keseluruhan suatu proses teater. Dari tahapan awal, yang meliputi pemilihan naskah atau tema hingga proses latihan dan akhirnya proses pemanggungan. Namun, ia juga bertindak sebagai konduktor yang menggabungkan berbagai elemen-elemen pertunjukan sehingga menjadi suatu keutuhan yang mengusung satu tujuan bersama yang telah dipilih tadi. Karena kompleksnya tugas dan fungsinya, peranan sutradara dalam suatu proses teater adalah sangat penting.
Arti penting seorang sutradara dalam proses teater,Sutradara teater modern adalah seorang seniman yang menghadirkan suatu pertunjukan pentas yang menampilkan cerita, suasana, pikiran-pikiran dan opini dalam cara yang sangat efektif. Dalam fungsinya sebagai penemu dan penafsir utama naskah secara kreatif, ia menciptakan kondisi kerja ensambel, membantu para pemeran mewujudkan bentuk peran, membantu para pekerja teater lainnya dalam kerja kreatif mereka.
Masalah penyutradaraan teater di satu sisi adalah masalah kreatifitas dan kesenimanan. Tapi disisi lain, sebagai koordinator dari suatu pagelaran yang terbentuk dan diusung sejumlah pemain beserta perangkat teknik artistic lainnya, ia adalah seorang ahli (crafman) yang harus terampil dalam membentuk dan menata setiap unsur pengusung tersebut.
Penyutradaraan, karena alasan diatas, merupakan keahlian khusus yang membutuhkan pengasahan dan pendidikan tersendiri dalam teater. Melalui latihan terus menerus dan berbagai eksperimentasi, seorang sutradara akan menemukan suatu metode, cara kerja, yang paling sesuai dengan keadaan yang melingkupi dan sumber daya manusia yang ia miliki untuk mengkomunikasikan pikiran-pikiran yang ingin ia sampaikan. Bukannya lantas “pesan” an teater langsung jadi dalam waktu singkat. Jika tak mau disebut “Abal-abal”(Tidak Bermutu).
Mengamati proses penyutradaran terdahulu, merupakan salah satu cara yang dapat dipakai dalam mengolah kemampuan menyutradarai. Proses pengamatan tersebut bisa dilakukan melalui observasi langsung terhadap satu proses penyutradaraan, namun bisa juga melalui suatu catatan dan kertas kerja penyutradaraan seseorang. Namun, bila dilihat dari efektifitas dan efisien waktu, agaknya cara yang disebut kedua lebih mudah dilakukan.
Oleh sebab itulah tulisan ini dibuat, untuk mengetengahkan salah satu contoh metode atau cara kerja penyutradaraan, agar dapat menjadi tambahan bahan masukan dan perbandingan bagi proses penyutradaraan teater dimasa yang akan datang. Penyutradaraan dalam pengertian mendasar adalah proses mengolah teks lama (naskah) menjadi teks baru (pertunjukan) melalui penafsiran dilanjutkan dengan eksperimentasi kemungkinan-kemungkinan bentuk komunikasi, sehingga melahirkan suatu “konsep pemanggungan “. "Sutradara dalam melakukan proses kreatifnya memiliki langkah-langkah kerja dimulai dari ; memilih teks apakah itu berupa naskah lakon atau tema saja ,melakukan analisa dan interpretasi terhadap teks , merancang kemungkinan tekstur pemanggungan, memilih pemain pendukung dan penata dan melakukan proses elaborasi dan transformasi terhadap teks.
Beberapa pikiran yang barangkali menjadi dasar dari tulisan ini adalah apa tugas tugas utama sutradara. Dalam hal ini salah satu pendapat dari Louis Jouvet yang dirangkum dalam buku Peretemuan teater 80 adalah seorang sutradara, bila ia juga merangkap produser, maka tugasnya adalah memilih lakon, membagikan peran-peran kepada pemain yang telah dipilihnya, membuat disain set dan kostum secara garis besar, mengawasi pembuatannya, sekaligus mengorganisir dan mengelola latihan-latihan. Dialah pula yang menangani masuk keluarnya pemain-pemain, menata bloking, dan laksana penata tari, ia merancang gerakan-gerakan, mengatur suara-suara di belakang panggung, musik, tata cahaya. Dhika-Share | Pendeknya mengatur kesatuan dan detil-detil dari bagian yang besar dan semua bagian khusus dari sebuah jalinan kompleksnya pementasan itu.
Yudiaryani dalam bukunya Panggung Teater Dunia mengemukakan beberapa aspek yang bisa diamati dalam melihat proses kerja penyutradaraan. Pertama, apakah konsep produksi dapat diidentifikasi, dan adakah metafora yang utuh serta pendekatan interpretasi sutradara? Apabila ada, bagaimana konsep itu hadir dalam produksi, dan bagaiama sutradara memilih unsur-unsur panggung? Kedua, seberapa jauh produksi melakukan transformasi dari naskah yang ditulis penulis? Apakah terjadi perbedaan waktu dan tempat? Apabila terjadi perubahan bagaimana panggung dapat dipahami dan didekati oleh penonton? Ketiga, apakah produksi menghadirkan kebaruan konvensi ? bagaimana bentuk kebaruan yang dihasilkannya? Lalu efek apa yang muncul melalui kebaruan tersebut? Keempat, bagaimana unsur visual (skeneri,kostum,lampu) mendukung atau mungkin menggagalkan konsep produksi ? Apakah semua terkoordinasikan ? Apakah sutradara memberi penekanan khusus pada salah satu unsur tersebut ? Efek apa yang yang ingin ditampilkannya? Kelima, bagaimana unsur suara (suara aktor, effek spesial dan musik) mendukung atau bahkan menggagalkan konsep produksi? Apakah unsur-unsur itu terdengar ataukah memiliki kualitas seimbang? Keenam, bagaimana casting mempengaruhi produksi? Ketujuh, apakah akting nampak jelas? Apakah terbangun dengan variasi suasana dan tempo yang selaras? Kedelapan, .apakah seluruh unsur produksi terkoordinasikan? Jika tidak bagian mana yang nampak tertinggal? Bagaimana hasil yang diperoleh berkat koordinasi tersebut?
Secara menyeluruh apakah produksi mencapai hasil yang diharapkan? Jika tidak dimana letak kegagalannya? Bagaimana hasil keseluruhannya? Apakah yang indah itu universal dan dapat menggunakan kriteria yang objektif? Apakah kita akan memasuki perdebatan estetika atau etika yang bersifat local dan temporer? Kalau “kesenian” resmi dan dapat diterima dan dibutuhkan” ditentukan oleh persekutuan birokrat atau kalangan pebisnis, apakah itu masih dapat disebut “kesenian?” Paling tidak, kita kembalikan saja fungsi teater ke asalnya. Sepenuhnya, penulis serahkan kepada kawan-kawan yang bergelut dengan dunia peran.
E. Menampilkan
Teater Berdasarkan Naskah
Judul drama : Siswi Tauladan
Jumlah pemeran drama : Dua orang
Nama pemeran darama : Isma, dan Nita
Isma : Apa kabar Nita?
Nita : Baik. Kamu apa kabar juga?
Isma : Baik
Nita : Oya, gimana liburan kamu kemarin?
Isma : Aku seneng banget, banyak momen-momen menakjubkan yang aku dapat dari liburan kemarin.
Nita : Oya? Menurut kamu, apa yang paling menarik selama masa liburan tersebut?
Isma : Liburan kemarin memberikan aku banyak pengalaman baru. Banyak sekali hal-hal bernilai yang bisa aku dapat darinya.
Nita : Bagus deh kalau gitu. Nggak sia-sia, selain bisa menikmati masa liburan disisi lain kamu juga bisa menggali energy positif.
Isma : Bagaimana dengan rencana kamu untuk membuat koperasi di sekolah?
Nita : Sedang dalam tahap penyiapan, semoga bisa lekas diselesaikan.
Isma : Apa sih sebenarnya yang bikin kamu serius banget untuk membuat koperasi siswa?
Nita : Begini, kamu sendiri kan tahu kalau teman-teman kita sebenarnya masih banyak yang membutuhkan dukungan kita mengingat kadar ekonomi keluarga mereka yang masih serba keterbatasan. Nah, dengan adanya koperasi siswa maka aku berharap hal tersebut dapat membantu mereka untuk bisa menutupi kebutuhan mereka dengan adanya koperasi ini, karena dengan begitu mereka bisa menggunakan uang koperasi terlebih dulu untuk kebutuhan mereka, seperti untuk membeli buku, dll.
Isma : Bener sekali. Ternyata kamu sangat perhatian dan peduli akan kesulitan mereka ya? Kamu baik sekali.
Nita : Bukankan sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menanamkan rasa peduli terhadap teman-teman kita?!
Isma : Benar, saya sepakat dengan kamu.
Nita : Saya berharap kamu juga berkenan untuk memberikan dukungan.
Isma : Pasti. Ok deh, semoga rencana itu lekas dapat direalisasikan. Saya akan ikut membantu semampu saya.
Contoh drama diatas menunjukkan nilai kepribadian seorang siswi yang sangat baik, karena menaruh kepedulian yang sangat tinggi terhadap kesulitan yang dialami oleh beberapa teman kelasnya. Untuk membantu teman-teman kelasnya yang masih terkendala masalah ekonomi dia memiliki ide untuk membuat koperasi sekolah dengan tujuan dapat membantu para temannya.
Jumlah pemeran drama : Dua orang
Nama pemeran darama : Isma, dan Nita
Isma : Apa kabar Nita?
Nita : Baik. Kamu apa kabar juga?
Isma : Baik
Nita : Oya, gimana liburan kamu kemarin?
Isma : Aku seneng banget, banyak momen-momen menakjubkan yang aku dapat dari liburan kemarin.
Nita : Oya? Menurut kamu, apa yang paling menarik selama masa liburan tersebut?
Isma : Liburan kemarin memberikan aku banyak pengalaman baru. Banyak sekali hal-hal bernilai yang bisa aku dapat darinya.
Nita : Bagus deh kalau gitu. Nggak sia-sia, selain bisa menikmati masa liburan disisi lain kamu juga bisa menggali energy positif.
Isma : Bagaimana dengan rencana kamu untuk membuat koperasi di sekolah?
Nita : Sedang dalam tahap penyiapan, semoga bisa lekas diselesaikan.
Isma : Apa sih sebenarnya yang bikin kamu serius banget untuk membuat koperasi siswa?
Nita : Begini, kamu sendiri kan tahu kalau teman-teman kita sebenarnya masih banyak yang membutuhkan dukungan kita mengingat kadar ekonomi keluarga mereka yang masih serba keterbatasan. Nah, dengan adanya koperasi siswa maka aku berharap hal tersebut dapat membantu mereka untuk bisa menutupi kebutuhan mereka dengan adanya koperasi ini, karena dengan begitu mereka bisa menggunakan uang koperasi terlebih dulu untuk kebutuhan mereka, seperti untuk membeli buku, dll.
Isma : Bener sekali. Ternyata kamu sangat perhatian dan peduli akan kesulitan mereka ya? Kamu baik sekali.
Nita : Bukankan sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menanamkan rasa peduli terhadap teman-teman kita?!
Isma : Benar, saya sepakat dengan kamu.
Nita : Saya berharap kamu juga berkenan untuk memberikan dukungan.
Isma : Pasti. Ok deh, semoga rencana itu lekas dapat direalisasikan. Saya akan ikut membantu semampu saya.
Contoh drama diatas menunjukkan nilai kepribadian seorang siswi yang sangat baik, karena menaruh kepedulian yang sangat tinggi terhadap kesulitan yang dialami oleh beberapa teman kelasnya. Untuk membantu teman-teman kelasnya yang masih terkendala masalah ekonomi dia memiliki ide untuk membuat koperasi sekolah dengan tujuan dapat membantu para temannya.
III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Artinya, sebuah pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon, penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam setiap tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu. Kualitas kerja setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan berhasil dengan baik jika semua elemen memahami tugas dan tanggung jawabnya. Itulah inti dari proes penciptaan seni teater, “KERJASAMA”.
Artinya, sebuah pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon, penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam setiap tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu. Kualitas kerja setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan berhasil dengan baik jika semua elemen memahami tugas dan tanggung jawabnya. Itulah inti dari proes penciptaan seni teater, “KERJASAMA”.
B. Lampiran
C.
Kata Pentup
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga
bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada <dhika-share> kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti,
dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di
hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Daftar Pustaka
www.google.com
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://www.psb-psma.org/content/blog/seni-teater
http://mengenal-teater.blogspot.com/2010/04/sejarah-teater-indonesia.html
http://kingponselku.com/kingponselku.comseni/seni-teater-nusantara-seni-teater-nusantara-teater-tradisional
http://senibudayaparamitha.blogspot.com/2011/02/unsur-pembentuk-teater-dalam-khasanah.html
http://www.slideshare.net/airlanggha/kesenian
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/ragam-seni-teat
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://www.psb-psma.org/content/blog/seni-teater
http://mengenal-teater.blogspot.com/2010/04/sejarah-teater-indonesia.html
http://kingponselku.com/kingponselku.comseni/seni-teater-nusantara-seni-teater-nusantara-teater-tradisional
http://senibudayaparamitha.blogspot.com/2011/02/unsur-pembentuk-teater-dalam-khasanah.html
http://www.slideshare.net/airlanggha/kesenian
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/ragam-seni-teat
https://www.facebook.com/permalink.php?id=286827751422029&story_fbid=302075759897228 (Konsep Pertunjukan Teater)
Makalah dramatik
NOTE : Karena makalah ini masih berantakan, saya rekomendasikan untuk mendownload filenya dalam bentuk .docx atau format dari microsoft word.
4 comments
Setelah membaca artikel di atas, saya menemukan sesuatu yang baru yang harus saya akui akan memberi nilai tambah terutama bagi saya secara pribadi terkait dengan hobby yang kemudian menjadi profesi saya sebagai penulis skenario. Saya melihat dengan jelas bahwa dengan memahami atau setidaknya memiliki wawasan pengetahuan tentang dunia seni teater akan memberi "nyawa" dalam meng-karakterisasi-kan tokoh-tokoh di dalam naskah saya. Terima kasih banyak dengan postingannya. Semoga untuk ke depan saya akan menemukan postingan-postingan yang tidak kalah kerennya dengan postingan ini. Sukses ya.
sama - sama kak ..
sukses untuk profesi anda ..
Terima Kasih sudah membantu.
kalau saja kamu puna tombol like G+ atau Facebook, pasti akan saya lebih sukai dari pada share. Terima Kasih sekali lagi
Berkomentarlah dengan bijak :)
[-] Jangan melakukan spamming
[-] Tidak menerima URL
EmoticonEmoticon